BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang Masalah
Seperti diketahui pengajaran bahasa indonesia selama ini kurang sekali melatih anak dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Siswa lebih banyak diberi pengetahuan dan aturan-aturan tata bahasa tanpa pernah tahu bagaimana mengaitkannya dalam latihan-latihan menulis dan berbicara. Atau dengan kata lain, siswa lebih banyak diberi bekal pengetahuan bahasa dari pada dilatih bagaimana menggunakan bahasa itu. Akibatnya, setelah siswa lulus ia tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi, baik untuk berkomunikasi tulis maupun komunikasi lisan.
Muchlisoh, dkk (1993 : 3) mengemukakan bahwa “Kegagalan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia ini sudah disadari oleh banyak ahli bahasa, dan akhirnya mereka sependapat bahwa pengajaran bahasa harus dikembalikan kepada fungsinya, yakni agar siswa dapat berkomunikasi.“
Lebih lanjut, Tarigan (2002 : 13) menggaris bawahi bahwa meskipun arah pengajaran bahasa Indonesia sekarang lebih menitik beratkan pada cara menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, namun tidak seperti pengetahuan bahasa yang mereka pelajari tidak ada gunanya lagi.
Sebagaimana kita temukan sepanjang hari dalam konteks interaksi manusia bahwa dalam berbahasa/berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, kita tetap menggunakan perangkat yang namanya, “kata”. Kata-kata ini dirangkai dalam kalimat sehingga mempunyai makna dan dapat berkomunkasi kepada orang lain. Kemampuan untuk menyusun kata menjadi kalimat, kalimat menjadi percakapan, kalimat menjadi paragraf, dan semuanya ini tidak digunakan dalam berkomunikasi adalah perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan berbahasa secara bersama-sama. Kalau kita berkomunikasi, tetapi orang lain yang kita ajak berkomunikasi tidak tahu apa yang kita sampaikan, berarti tidak akan terjadi peristiwa komunikasi itu.
Kesalahannya mungkin kita tidak dapat menyusun pesan dalam kalimat yang jelas, karena pengetahuan tentang kalimat yang baik belum kita kuasai. Namun, dapat juga terjadi, ketika kita berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu tidak memperhatikan adanya faktor lain seperti dengan siapa kita berbicara, dalam situasi apa, di mana, dan dengan cara apa. Jadi, dalam berkomunikasi selain diperlukan latihan agar terampil berbahasa, juga perlu memperhatikan adanya situasi dan konteks berbahasa, yakni adanya faktor-faktor penentu seperti tersebut di atas.
Lebih khususnya lagi dalam kaitannya dengan komunikasi non-verbal, manusia kerap kali menggunakan kemampuannya menulis untuk dapat melakukan interaksi dengan orang lain. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh kita sebagai pendidik agar tidak lalai dalam menanamkan keterampilan berbahasa ini kepada siswa didik.
Guru sebagai figur sentral dalam proses belajar mengajar, merupakan seorang sutradara yang paling bertanggung jawab dalam menentukan kemana arah pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, dalam upaya menanamkan kemampuan menulis dasar bagi siswa di Sekolah Dasar, misalnya guru seyogyanya memiliki seperangkat kiat dan teknik agar siswa mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan materi yang diperolehnya dari guru.
Lebih lanjut, seorang ahli berpendapat bahwa seorang guru bahasa Indonesia hendaklah mampu mengerjakan kurikulum dan GBPP dalam bentuk Program Satuan Pelajaran yang telah dibuatnya, sehingga siswa dapat memahami materi ajarnya secara paripurna.
Dalam konteks kemampuan dasar menulis siswa sekolah dasar, guru dihadapkan dengan berbagai fenomena. Misalnya masih banyak siswa kelas V Sekolah Dasar yang belum bisa menulis dengan baik dan benar. Padahal, pada tingkat ini siswa sudah seharusnya menguasai pengetahuan dasar kebahasaan ini sebagai bekal mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Lalu bagaimanakah kesiapan dan kreativitas para guru bahasa Indonesia SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah dalam menyiasati masalah ini? Fenomena ini cukup penting untuk segera ditemukan solusinya, sehingga kesulitan para guru dalam mengatasi kemampuan dasar menulis siswa tidak berlarut-larut, demikian pula siswa tidak selalu menjadi korban kekurang pahaman gurunya dalam menemukan cara-cara mengatasi permasalahan yang timbul di hadapan mereka.
- B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. “Bagaimanakah upaya dalam meningkatkan kemampuan menulis dengan metode survey pada siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah tahun pelajaran 2009/2010?”
- C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang objektf tentang upaya dalam meningkatkan kemampuan menulis dengan metode survey pada siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah tahun pelajaran 2009/2010.
- D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pihak-pihak berikut.
- Bagi para guru agar dapat dengan sadar mencari, menemukan, memodifikasi dan mengaplikasikan teknik-teknik dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa.
- Memberikan masukan khusus bagi guru SDN 2 Lelong tentang upaya-upaya yang telah dilakukan, sedang dan akan dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa.
- Sebagai bahan masukan bagi sekolah dan guru dalam mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran menulis permulaan.
- Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang pendekatan, metode, strategi, atau teknik-teknik yang mungkin dapat dilakukan dalam mengatasi kemampuan menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI
- A. Pengertian Kemampuan Menulis
Menurut Nuraeni (1993 : 305) bahwa kemampuan dasar menulis difokuskan kepada tiga hal pokok, yakni : (1) menulis kebahasaan, (2) menulis paragraf, dan (3) menulis tema, topik, dan kerangka karangan. Ketiga pokok bahasan di atas sangat perlu dipelajari karena beberapa alasan. Pertama, menulis kebahasaan, menulis paragraf, dan menulis tema, topik dan kerangka karangan merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai sebelum menjadi seorang penulis yang baik. Kedua, ketiga pokok bahasan di atas merupakan bagian dari materi yang perlu diajarkan di sekolah dasar, sehingga dengan menguasai materi ini berarti siswa memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Ketiga, dengan menguasai ketiga pokok bahasan di atas akan membantu siswa dalam mempelajari materi pada mata pelajaran lain atau disiplin ilmu lainnya.
- B. Materi Pokok Pembelajaran Menulis Kebahasaan
Nuraeni (1993 : 306) memberikan batasan tentang pembelajaran menulis kebahasaan kedalam empat bagian besar, yaitu : (1) pembelajaran menulis tata bunyi, (2) tata bentukan, (3) tata makna dan kosa kata dan (4) pembelajaran menulis tata kalimat.
- a. Tata bunyi
Huruf adalah sebagai lambang dari bunyi bahasa. Bunyi yang diucapkan manusia ada yang berfungsi sebagai pembeda arti dan ada yang tidak. Kesatuan bunyi yang tidak membedakan arti disebut fona, dan kesatuan bunyi yang dapat membedakan arti disebut fonem.
Untuk membedakan suatu fonem, kita dapat menggunakan pasangan kata yang hampir sama bentuknya. Misalnya, bunyi-bunyi p, g, s, l dikatakan fonem yang berbeda-beda dalam bahasa Indonesia. Contohnya: Parang – barang – garang, sarang, jarang, karang, larang.
Jadi dengan adanya perbedaan lambang bunyi, akan memberikan arti yang berbeda pula. Dalam bahasa Indonesia dikenal enam fonem vokal (a, i, e, u, o dan e pepet) dan 25 konsonan (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z, kh, ng, sy, dan ny).
- b. Menulis vokal
Bila ada dua vokal diucapkan secara bersamaan atau serempak atau dalam satu kesatuan waktu disebut diftong. Bunyi-bunyi itu dalam bahasa Indonesia dilambangkan atau ditulis dalam tiga macam, yaitu: ai, oi, dan au.
Contoh:
/ai/ santai, sungai, ramai, bagai, rantai …
/oi/ amboi, ahoi, sepoi, …
/au/ kerbau, kalau, himbau. …
- c. Menulis Konsonan
Konsonan disebut juga huruf mati. Suatu fonem disebut konsonan apabila udara yang keluar dari paru-paru mendapat rintangan.
Suatu konsonan dapat dimasukkan bunyi bahasa yang bersuara dan yang tak bersuara. Misanlya [p] dan [t] adalah konsonan yang tak bersuara, sedangkan [b] dan [d] adalah konsonan yang bersuara (Depdikbud, 1988 : 40).
Konsonan itu dapat ditulis di depan, di tengah, dan di belakang kata kecuali beberapa konsonan yang tidak dapat ditulis di belakang kata, yaitu : c, j, ny, w, y, dan z..
- d. Menulis ejaan
Ejaan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Tarigan, yakni. Ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa (Tarigan, 2002 : 2).
Sedangkan Hanafi, (1983 : 15) mengemukakan bahwa setiap bunyi atau kata perlu diataur penulisannya agar seragam. Sistem perturan itu meliputi.
- Pelambangan fonem dengan huruf.
- Ketetapan tentang bagaimana penulisan satuan-satuan morfologi (bentuk kata) seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, dan sebagainya.
- Ketetapan bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagiannya dengan penggunaan kata-kata.
- e. Penulisan tanda baca
Yang dimaksud dengan tanda baca ialah tanda-tanda yang digunakan dalam sebuah bacaan. Ada beberapa macam tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yakni: (a) tanda titik [.], (b) tanda koma [,], (c) tanda titik koma [;], (d) tanda titik dua [:], dan (e) tanda hubung [-].
- f. Persukuan
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh konsonan. Pola umum suku kata dalam bahasa Indonesia mengenal beberapa macam.
- V a-bang, e-kor
- VK ar-ti, ma-in, om-bak.
- KV ra-kit, ko-tak
- KVK par–kir, kur-si.
- KKV pra-bu, sas-tra.
- KKVK prak-tis, trak-tor
- KVKK kon-teks, teks
- KKVKK kom-pleks,
- KKKV in-stru-men, stra-te-gi
- KKKVK struk-tur.
- g. Tata bentukan
Tata bentukan yang dipelajari ialah seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahannya terhadap golongan dan arti kata disebut morfologi. Jadi morfologi mempelajari bagaimana bentuk morfem, afiksasi (awal, sisipan, dan akhiran), dan jenis kata.
- 1. Morfem
Morfem ialah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Ada dua macam morfem, yaitu.
1) Morfem bebas yaitu, morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa tambahan yang lain. Misalnya : jalan, hijau, kerja, tepung, terbang, dan sebagainya.
2) Morfem terikat yaitu, morfem yang tidak dapat berdiri sendiri kecuali dibantu dengan morfem lain yakni imbuhan, awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan. Misalnya: ter-, ber-, -kan, -i dan sebagainya.
- 2. Kata dasar
Kata dasar ialah yang menjadi dasar pembentukan kata (masih utuh), belum mengalami perubahan apa-apa, seperti imbuhan, pengulangan, dan persenyawaan. Kata dasar menjadi dasar pembentukan kata berimbuhan, atau kata jadian, kata ulang, dan kata majemuk. Mislanya, dari kata “main” dapat dibentuk.
1) Kata jadian : bermain, pemain, permainan
2) Kata ulang : main-main, bermain-main
3) Kata mejemuk: alat main, baju main, keluar main, dll.
- 3. Imbuhan
Imbuhan mempunyai sifat sebagai berikut.
1) Memiliki bentuk dan arti tetap sama atau hampir sama.
2) Sebuah morfem berubah bentuk karena pengaruh morfem lain (bervariasi).
3) Dapat atau mungkin menjadi alomorf.
- 4. Jenis kata
Dalam bahasa Indonesia mengenal jenis kata sebagai berikut.
1) Kata benda (sustantiva) : tanah, air, meja, kursi.
2) Kata kerja (verba) : minum, lari, menjual, pukul.
3) Kata sifat (ajektiva): sakit, jauh, berbahagia.
4) Kata ganti (pronomina): saya, aku, ku, kau, mu, mereka.
5) Kata keterangan (adverbia) :kemarin, di bandung, di kota.
6) Kata bilangan (numeralia) : dua (2), tiga (3), empat (4).
7) Kata depan (preposisi) : di, ke, dari, kepada.
8) Kata sambung (konjungsi) : dan, lagi, melainkan, tetapi, atau.
9) Kata sandang (artikel) : sang, si, para, dang.
10) Kata seru (interjeksi) : wah, waduh, hai, aduh, wahai, astaga.
11) Kata majemuk atau senyawa/kompositum.: rumah sakit, kamar tidur.
12) Kata ulang (reduplikasi)
rumah : rumah-rumah
baik : baik-baik
sehat : sehat-sehat.
- h. Tata Makna dan kosa kata
Tata makna dan kosa kata merupakan bagian tata bahasa yang menliti makna kata dan perkembangannya disebut juga semantik. Maksudnya hubungan antara lambang bunyi ujaran dengan hal atau benda yang dimaksudkan. Makna atau arti kata ada beberapa macam (Nuraeni, 1993:314).
- Makna leksikal atau leksis, makna yang dijelaskan dalam buku kumpulan kata yang dsebut kamus.
- Makna struktural atau gramatikal, yakni makna kata yang diperoleh akibat penempatan atau perubahan dalam kalimat.
- Homonim, yakni kata-kata yang bentuknya sama tetapi artinya berbeda.
- Polisemi, yakni kata-kata yang mengandung arti ganda atau lebih dari satu arti.
- i. Tata Kalimat
Nuraeni (1993:316) memberikan batasan tata kalimat atau sintaksis sebagai bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat. Sedangkan kalimat yang dibentuk itu sendiri adalah satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap dan bermakna.
- C. Teori Pembelajaran Menulis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam pembelajaran menulis seorang guru hendaknya mampu merancang kegiatan pembelajaran, melaksanakan serta mengadakan evaluasi atas hasil belajar siswa. Berikut ini penulis kemukakan teori pembelajaran menulis berdasarkan acuan MGMP bidang studi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar.
- Merancang Program Pembelajaran Menulis
Rancangan program pembelajaran menulis merupakan ancang-ancang atau proyeksi tindakan yang akan dilakukan siswa bersama-sama dengan guru dalam pembelajaran menulis. Dalam merancang pembelajaran, sudut pandang diambil dari segi siswa, bukan dari segi guru. Siswa merupakan pusat atau kiblat, dan dari arah inilah guru merancang pembelajaran menulis (Saleh, 2002 : 14).
Pada saat merancang pembelajaran, harus benar-benar disadari walaupun titik penekanan pada aspek menulis, namun aspek-aspek bahasa yang lain : mendengarkan, berbicara, dan membaca tidak boleh terabaikan. Keempat aspek bahasa tersebut diupayakan mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bervariasi dan tidak membosankan.
Secara umum menurut seorang ahli bahwa hal-hal yang perlu direncanakan dalam merancang pembelajaran menulis adalah.
Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
Memilih/menata bahan pembelajaran
Menetapkan langkah-langkah pokok kegiatan pembelajaran
Menetapkan/memilih metode pembelajaran yang sesuai.
Memilih/menetapkan alat bantu/media pembelajaran.
Merancang penilaian dan tindak lanjut.
(Saleh, 2002 : 15-17)
- Pelaksanaan Program Pembelajaran Menulis
Langkah-langkah pokok pembelajaran menulis kreatif dapat dirancang sebagai berikut.
1). Melaksanakan apersepsi (5 menit)
2). Membacakan tujuan khusus pembelajaran (2 menit)
3). Memotivasi siswa (3 menit)
4). Memperkenalkan karakteristik tulisan (5 menit)
5). Siswa mengamati media pembelajaran (10 menit)
6). Siswa mencatat ide-ide pokok hasil pengamatan (5 menit)
7). Siswa melaksanakan/mencoba sendiri model yang telah diberikan oleh guru (15 menit)
8). Siswa dan guru memperbaiki/merevisi tulisan siswa (5 menit)
9). Siswa menunjukkan hasil pekerjaannya (di depan kelas/secara berpasangan), siswa lain/pasangannya menanggapi (10 menit)
10). Siswa menukarkan tulisanya dengan siswa lain untuk saling membaca (10 menit)
11). Guru menyimpulkan/memberikan umpan balik (5 menit)
12). Guru melakukan evaluasi akhir pembelajaran (15 menit).
Dari langkah-langkah pokok pembelajaran menulis di atas, tampak bahwa siswa yang lebih dominan, guru hanyalah sebagai penyulut api, atau pembuka jalan agar siswa mampu menulis.
Adapun metode-metode yang digunakan adalah : ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan latihan. Sedangkan setrategi yang dirancang adalah setelah memasang media/alat bantu pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk menafsirkan, menjelajahi hal-hal yang tersirat, tersembunyi dibalik media tersebut.
- Menilai Pembelajaran Menulis
Penilaian di sini diartikan sebagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru untuk mendapatkan kepastian mengenai keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan kata lain, penilaian yang dilakukan guru bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan khusus pembelajaran yang telah ditetapkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah pembelajaran yang telah berlangsung, sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui hal-hal tersebut, tentu diperlukan penilaian proses, penilaian hasil dan penilaian diri pribadi guru (Nuraeni, 1993 : 310).
Penilaian proses dalam pembelajaran menulis kreatif, bertujuan untuk mengetahui kualitas proses yang telah dilewati siswa dalam menulis kreatif. Dengan demikian, komponen-komponen yang dinilai adalah : keaktifan siswa, ketepatan menafsirkan gambar, kecermatan menulis ide-ide pokok hasil penafsiran, kemampuan merangkai-rangkai ide pokok menjadi sebuah tulisan kreatif, dan kemampuan merevisi kembali tulisan.
Hal lain yang perlu diungkap pada bagian penilaian menulis kreatif ini adalah melibatkan siswa dalam mengoreksi hasil tulisan. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban guru dalam menilai tulisan. Secara jujur harus diakui bahwa mengoreksi tulisan siswa adalah pekerjaan yang sangat berat.
Siswa dapat melakukan penilaian atas tulisan temannya ketika mereka saling menukarkan tulisan. Bentuk penilaian yang dapat mereka lakukan misalnya dengan menandai kesalahan pilihan kata, ejaan, struktur, dan lainnya semampu mereka. Dengan demikian, nilai akhir tetap ditentukan oleh guru. Cara seperti ini, selain guru terbantu, siswa juga dapat saling belajar dari tulisan sesama teman. Siswa dilatih untuk menemukan kesalahan, sekaligus memperbaiki dan membenahinya. Jika siswa belum bisa melakukan hal itu untuk tulisannya sendiri, mereka diminta untuk melakukan hal itu pada tulisan temannya (ingat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat seperti terungkap pada sebuah peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan kelihatan.”
- D. Aplikasi Metode Menulis Permulaan (MMP)
Tarigan (2002 : 5.44) mengemukakan bahwa Menulis Dasar secara lebih operasional berarti mengajarkan siswa merekam bunyi bahasa yang diucapkannya secara tertulis dengan terlebih dahulu mengenal huruf, menggambar huruf, merangkai huruf menjadi kata dan rangkaian kata-kata menjadi kalimat dalam bentuk baris, baris menjadi paragraf dan seterusnya.
Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannnya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksud untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membeda-bedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks. Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat dilakukan, antara lain.
- Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
- Latihan gerakan tangan; mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat seperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan.
- Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada.
- Latihan menghubung-hubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan. Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
- Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya dan memindahkannya ke jari-jemari tangannya.
- Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis. Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik.
- Latihan menulis halus/indah. Latihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau kotak.
- Latihan dikte/imla; latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara uapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
- Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan.
- Menuliskan nama benda yang ada dalam gambar.
- Mengarang sederhana dengan bantuan gambar, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri.
2) Guru bercerita dan bertanya jawab tentang tema, isi dan maksud gambar.
3) Siswa diberi tugas untuk menulis karangan sederhana sesuai dengan cerita gurunya dengan menggunakan kata-kata sendiri (Nuraeni,1993:306).
- E. Metode Pembelajaran
Merujuk pada beberapa hasil kajian tentang metode pembelajaran seperti; Suryadi (1983), Sudjana (1986, 1998, 2005), BPKB Jayagiri (1991) Abdulhak (1995), pengertian metode dapat diuraikan sebagai berikut. Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu penetapan metode dalam kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan pemilihan metode akan memperlihatkan fungsionalnya setrategi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pada pendidikan nonformal (termasuk paket A), metode pembelajaran dapat diartikan dengan prosedur yang teratur dan sistimatis untuk membelajarkan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Pada awalnya, perhatian terhadap metode dalam pembelajaran ini merupakan akibat dari pengaruh ilmu komunikasi terhadap pendidikan. Dalam ilmu komunikasi terdapat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Penyampaian pesan itu sendiri perlu dilakukan komunikator secara efektif, sehingga pesan yang disampaikan dapat cepat dan tepat diterima sesuai dengan apa yang dimaksud. Oleh karena itu, ditetapkan berbagai macam ciri tentang cara penyampaian yang bagaimana yang efektif tersebut. Pola komunikasi ini digunakan ilmu pendidikan dalam usaha menyampaikan bahan belajar dan tutor kepada peserta didik. Dan hal ini yang melahirkan berbagai persyaratan untuk menjadi tutor itu sendiri, bahwa ia adalah orang yang menguasai materi dan metode penyampaiannya.
Kesadaran akan efektifitas sistem pembelajaran banyak dipengaruhi oleh sistem penyampaian yang dilakukan tutor terhadap peserta didik. Sesuai dengan perkembangan perhatian terhadap sistem pembelajaran, pada akhirnya kedudukan metode tidak saja hanya untuk menyampaikan bahan belajar saja, tetapi mempunyai cakupan yang luas, karena pada hakekatnya tutor tidak hanya berkedudukan untuk menyampaikan bahan belajar, tetapi termasuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Didasarkan atas kondisi tersebut kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam: (1) pemberian dorongan; (2) pengungkap tumbuhnya minat belajar; (3) penyampaian bahan belajar; (4) pencipta iklim belajar yang kondusif; (5) energi untuk melahirkan kreativitas; (5) pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar; serta (6) pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar (Suryadi,1983)
Pada pandangan lain metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. metode mengandung unsur prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian bahwa unsur-unsur metode mencakup prosedur, sistematik, logis, terencana, dan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi – kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (tutor, pelatih, proses, dlsb) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Belajar dapat ditinjau dari dua segi yaitu belajar sebagai proses dan belajar sebagai hasil: (1) Sebagai, proses, belajar dapat diartikan upaya yang wajar melalui penyesuaian tingkah laku, (2) Sebagai hasil, belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu mencakup ranah afeksi, kognisi dan psikomotor atau kognisi, konasi, dan keterampilan, atau pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi . Walaupun menurut sebagian teori bahwa belajar itu tidak selalu membutuhkan kehadiran pendidik/tutor namun pengertian belajar yang dimaksud di sini adalah upaya penyesuaian diri yang sengaja dialami oleh peserta didik dengan maksud untuk melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan belajarnya.
Membelajarkan adalah upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah membelajarkan dapat diberi arti sebagai kegiatan belajar. Kegiatan belajar terjadi pada diri peserta didik sebagai akibat dan kegiatan membelajarkan. Istilah membelajarkan yang diangkat, dalam proses pendidikan terutama berdasarkan pendekatan andragogi (ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar) bukan berdasarkan pendekatan pedagogi (ilmu dan seni mengajar anak-anak). Namun dalam perkembangannya, pelaksanaan membelajarkan itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari pendekatan andragogi yang diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya. Pendekatan kontinum inipun tetap bertumpu pada upaya membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan tinjauan psikologi perkembangan maka pendekatan pembelajaran itu terdiri atas pendekatan pedagogi (untuk anak-anak), pendekatan andragogi (untuk orang dewasa).
Istilah metode digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dengan memiliki maksud yang hampir bersamaan. Secara umum, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, metode adalah prosedur atau urutan fikiran yang sistematis yang dituangkan ke dalam sesuatu rencana untuk mengerjakan sesuatu hal dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengerjakan sesuatu hal mempunyai makna untuk berbagai macam pekerjaan.
Metode pembelajaran kelompok dapat didefinisikan sebagai prosedur yang sistematik dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di dalam dan melalui kelompok dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Pengertian ini cenderung pada pengertian kerja, bukan pengertian baku, karena untuk merumuskan pengertian baku itu sudah tentu memerlukan kajian lebih mendalam dengan menggunakan pendekatan verifikasi secara induktif dan deduktif. Pengertian kerja ini hendaknya dianggap sebagai patokan untuk pembahasan lebih lanjut dan dapat mengundang para pakar dan praktisi pendidikan untuk mengembangkan pengertian tersebut. Di samping itu, pengertian kerja dapat dianggap sebagai alternatif dari berbagai kemungkinan pengertian kerja lainnya yang akan muncul yang berkaitan dengan metode pembelajaran kelompok.
Metode adalah prosedur yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa metode adalah “cara dan kepandaian” membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan kedua batasan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa metode merupakan keterampilan dan seni (kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih luas.
Berdasarkan batasan diatas dapat dikemukakan bahwa metode adalah setiap kegiatan yang ditetapkan oleh penddik untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Metode adalah kelengkapan atau langkah-langkah dengan dilengkapi keragaman, fokus, dan penjelasannya. Metode merupakan katalisator metode, berbeda ruang lingkupnya dari metode, dan waktu penggunaannya lebih singkat dari waktu penggunaarn metode. Sedangkan alat bantu adalah sarana fisik yang digunakan untuk membantu kelancaran proses belajar seperti video-tape recorder, proyektor, slide dan film, cassette recorder, alat penyangga flip-charts; papan tulis, mesin tulis, komputer, internet dan lain sebagainya.
Pandangan ketiga tentang metode pembelajaran ini adalah, metode berasal dari kata method (Inggris) atau metha (Greek). Artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Contoh : pengumpulan data untuk suatu penelitian misalnya dengan metode angket; penyuluhan cara bertani padi bibit unggul misalnya dengan metode percontohan; penyampaian suatu isi pelajaran pada suatu kegiatan belajar misalnya dengan metode ceramah atau dengan beberapa metode lain.
Dalam penerapan suatu metode terdapat liku-liku, siasat, taktik atau kiat, dan hal semacam ini disebut ‘seni’ atau metode terapannya. Para pengguna metode punya ‘seni’ yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh bakat dan kemampuannya serta juga oleh situasi atau kondisi pada waktu itu. Karena itu terapan metode yang sama oleh orang yang berbeda, situasi dan kondisi yang berbeda, maka ada kemungkinan berbeda pula seni atau metodenya.
Jadi, metode adalah cara untuk memperoleh atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu pada waktu dan tempat tertentu dengan berbagai seni atau metodenya. Sedangkan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu itu dapat dilakukan dengan satu metode atau kombinasi beberapa metode.
Dari uraian di dimuka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara belajar yang merupakan upaya perubahan oleh dan pada diri peserta didik. Perubahan-perubahan itu dilakukan secara berencana, sistematik dan bertujuan. Dengan demikian, metode mengandung makna cara memproses kegiatan belajar, sehingga terjadi interaksi peserta didik dalam proses itu. Cara memproses itu diawali dengan rencana yang sistematik dan dilaksanakan menurut yang direncanakan tersebut secara sistematik pula, sehingga tujuan belajar akan tercapai menurut rencana itu pula.
Dapat disimpulkan bahwa metode belajar adalah cara memproses kegiatan belajar supaya peserta didik dapat berinteraksi secara aktif sehingga terjadi perubahan pada dirinya sesuai dengan tujuan belajar yang direncanakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
- A. Metode Penentuan Subjek Penelitian
Yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sekelompok parameter yang menjadi topik pembahasan, baik itu orang, sekelompok orang, unit kerja, benda atau sekelompok benda, atau parameter-parameter yang dapat mewakilinya serta paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Kelompok tersebut dinamakan populasi (Hadi, 1980 : 220). Ahli lain berpendapat bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran penelitian” (Arikunto, 1992 : 115).
Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka subjek penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SDN Lelong Kecamatan Praya Tengah tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa tersebut sebanyak 40 orang.
- B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini direncanakan dalam bentuk siklus. Pada tiap siklus akan diadakan tindakan pembelajaran yang diimplementasikan dalam beberapa aspek penelitian yaitu sebagai berikut :
- Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat beberapa persiapan dengan tahap sebagai berikut :
1) Rencana pelaksanaan Pembelajaran
2) Lembar observasi dan pedoman wawancara
3) penilaian
- Pelaksanaan
Pada tahap ini guru mengimplementasikan kegiatan meningkatkan kemampuan menulis dengan metode surve berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan observasi secara sistematis, cermat, dan objektif untuk merekam data tentang gejala-gejala yang muncul, baik yang bersifat mendukung maupun yang bersifat menghambat proses pembelajaran.
- Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru merefleksikan kegiatan meningkatkan kemampuan menulis dengan metode survei. Semua hasil observasi di kelas, data pendukung yang lain misalnya dokumentasi, hasil wawancara, nilai hasil pembelajaran perlu dimaknai dengan cermat sehingga dapat memberikan masukan atas kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Karena penilitian ini bersiklus, maka tahapan tindakan di atas akan diulang kembali dengan perbaikan apabila hasil refleksi merekomendasikan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut belum menunjukan hasil yang sesuai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 01. Rencana Kegiatan Penelitian (Siklus I)
No
|
Tahap
|
Kegiatan Penelitian
|
1.
|
Perencanaan
|
- Merumuskan RPP tentang upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V
- Menyiapkan alat pengumpul data proses dan hasil pembelajaran, upaya meningkatkan kemampuan menulis tanpa menggunakan metode surve
|
2.
|
Observasi
|
- Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
- Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
|
3.
|
Pelaksanaan
|
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun
- Guru melaksanakan proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan menulis tanpa menggunakan metode surve
|
4.
|
Evaluasi dan Refleksi
|
- Guru melaksanakan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
- Menganalisis pelaksanaan pembelajaran
- Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran
|
Berdasarkan hasil analisis pada pada siklus I disusunlah rencana perbaikan. Penyusunan tindakan perbaikan dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas V dalam bentuk upaya meningkatkan kemampuan menulis dengan menggunakan metode surve. Untuk mendapat gambaran yang lengkap tentang rencana tindakan ini, berikut disajikan rencana kegiatan penelitian pada siklus II
Tabel 02. Rencana Kegiatan Penelitian (Siklus II)
No
|
Tahap
|
Kegiatan Penelitian
|
1.
|
Perencanaan
|
- Merumuskan RPP tentang upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V
- Menyiapkan alat pengumpul data proses dan hasil pembelajaran, upaya meningkatkan kemampuan menulis dengan menggunakan metode surve
|
2.
|
Observasi
|
- Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
- Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
|
3.
|
Pelaksanaan
|
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun
- Guru melaksanakan proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan menulis tanpa menggunakan metode surve
|
4.
|
Evaluasi dan Refleksi
|
- Guru melaksanakan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
- Menganalisis pelaksanaan pembelajaran
- Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran
|
Berdasarkan hasil evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, cermat dan objektif untuk merekam data tentang gejala-gejala yang muncul, baik yang sifatnya mendukung maupun menghambat proses pembelajaran. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar untuk merencanakan siklus berikutnya.
Tabel 03. Rencana Kegiatan Penelitian (Siklus III)
No
|
Tahap
|
Kegiatan Penelitian
|
1.
|
Perencanaan
|
- Merumuskan RPP tentang upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V
- Menyiapkan alat pengumpul data proses dan hasil pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan menulis dengan menggunakan metode surve
|
2.
|
Observasi
|
- Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
- Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa
|
3.
|
Pelaksanaan
|
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun
- Guru melaksanakan proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan menulis tanpa menggunakan metode surve
|
4.
|
Evaluasi dan Refleksi
|
- Guru melaksanakan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
- Menganalisis pelaksanaan pembelajaran
- Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran
|
Agar tujuan sebuah penelitian tercapai sesuai harapan dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Dengan ketepatan teknik pengumpulan data ini, maka data yang dihasilkan dapat dijamin objektifitasnya. Sehubungan dengan itu dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yang berkaitan langsung dengan sumber data. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Metode Dokumentasi
Metode ini sangat menunjang keberhasilan penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data tertulis dan sahih tentang beberapa hal menyangkut persiapan guru.
- Kelengkapan administrasi mengajar
- Program Rencana Pembelajaran
- Lembar observasi
- Lembar evaluasi.
- Media pembelajaran
- Materi/sumber belajar yang digunakan.
- Proses belajar mengajar (metode, pengelolaan kelas, alokasi waktu belajar, memotivasi siswa)
- Penilaian proses dan hasil belajar
2) Metode Wawancara (Interview)
Setelah data tentang subjek penelitian terakomodir menggunakan metode dokumentasi, maka diteruskan dengan berwawancara dengan cara dialog dengan anggota sampel. Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk mengumpulkan data utama yaitu data dari para guru tentang upaya-upaya yang telah pernah mereka lakukan dalam upaya mengatasi kurangnya kemampuan siswa menulis dengan menggunakan metode serve. Selain itu wawancara ini juga akan meliputi berbagai pertanyaan tentang masalah-masalah yang mereka hadapi, dan kemudian solusi yang telah mereka ambil untuk mengatasi masalah tersebut.
3) Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk melihat dari dekat sebuah proses sedang terjadi. Dalam hal ini penulis sendiri akan mengadakan peninjauan tentang pelaksanaan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas V. Dalam hal ini kegiatan observasi juga dimaksudkan untuk menemukan upaya-upaya yang tersurat maupun tersirat dari para guru tersebut dalam mengatasi lemahnya kemampuan menulis siswa didiknya.
Metode observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini menyangkut pemantauan terhadap dua komponen utama, yaitu pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan evaluasi baik itu evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar.
4) Metode Pemberian Tugas
Metode pemberianan tugas diartikan sebagai bahan pemberian sejumlah tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individu/kelompok, kemudian dikoreksi dan diberi nilai/tanggapan (Riduan, 2004:76).
Dalam penelitian ini metode pemberian tugas digunakan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa yang dijadikan sampel penelitian. Tugas tersebut disesuaikan oleh siswa dengan memanfaatkan model-model yang telah dipelajari untuk meningkatkan kemampuan menulis.
Dalam metode pemberian tugas ini siswa diminta untuk dapat melakukan penilaian atas tulisan temannya ketika mereka saling menukarkan tulisan. Bentuk penilaian yang dapat mereka lakukan misalnya dengan menandai kesalahan pilihan kata, ejaan, struktur dan lainnya semampu mereka.
- C. Metode Analisis Data
Dalam suatu penelitian ilmiah sudah tentu melalui analisis data untuk mendaptkan hasil penelitian yang representative. Untuk menganalisis hasil dari sebuah hasil penelitian, maka pada umumnya analisis data dibedakan menjadi dua cara yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
- Analisis Kualitatif
Menurut Riyanto, (2003:22) penelitian diskriptif kualitatif adalah penelitian pada variabel mandiri yang datanya dalam bentuk kata-kata, kalimat, skema atau gambar.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode diskriptif kualitatif, yang merupakan alat analisis data untuk mendiskripsikan upaya-upaya nyata guru dalam melihat kemampuan menulis siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah Tahun Ajaran 2009/2010. adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode analisis diskriptif kualitatif adalah sebagai berikut.
- Tahap Identifikasi
Yang dimaksud dengan identifikasi dalam penelitian ini adalah memilih, menyaring, menyocokkan data. Data dari hasil dokumentasi, observasi, dan interview digolongkan berdasarkan jenis data. Data yang diperoleh dari hasil observasi dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah Tahun Ajaran 2009/2010 dikelompokkan dalam data primer. Sedangkan yang berupa hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan adalah merupakan data skunder.
- Tahap Klasifikasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah klsifikasi bermakna penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut standar yang ditetapkan (Poerwadarminta, 1997:507).
Dari makna tersebut, makna alur analisis data selanjutnya adalah tahap penyusunan data perolehan baik data primer maupun data skunder.
- Tahap Interprestasi
Dalam penelitian ini data yang telah dikelompokkan dan diurutkan berdasarkan kreteria yang ditetapkan selanjutnya dikaji berulang-ulang untuk mendapatkan suatu kepastian hasil. Artinya dari data perolehan tersebut akan tergambar jelas tentang upaya meningkatkan kemampuan menulis dengan menggunakan metode surve pada siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah Tahun Ajaran 2009/2010.
- Analisis Kuantitatif
Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis tentang kegiatan belajar-mengajar dengan metode surve berdasarkan program pembelajaran yang telah dibuat dan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan metode surve.
Untuk mendeskripsikan data kualitatif, maka dilakukan perhitungan meliputi nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean), simpang baku (standar deviation), median dan modus. Dengan informasi dari statistik deskriptif ini diperoleh gambaran tentang kecenderungan data penelitian yang diperoleh.
Untuk melihat gambaran tentang peringkat skor prestasi belajar yang diperoleh oleh masing-msing peserta didik kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah Tahun Ajaran 2009/2010, dilakukan kategorisasi. Aspek-aspek yang dinilai adalah sebagai berikut.
- Ketepatan menulis
- Kemampuan menulis halus/indah
- Kemampuan dikte/imla
- Melengkapi tulisan
- Mengarang sederhana dengan menggunakan bantuan gambar
Masing-masing aspek mempunyai bobot 0-20. Jadi skor maksimalnya menjadi 100. Evaluasi setiap siklus adalah mencari kemampuan individual dan kelompok.
1) Kemampuan Individual
a) SMi = 100
b) Mi = ½ x SMi
= ½ x 100
= 50
c) SDi = 1/3 x Mi
= 1/3 x 50
= 16,67
d) Pedoman konversi
Batas atas ≥ M + SDi dikategorikan Kemampuan tinggi
M + SDi > Batas bawah ≥ M – SDi dikategorikan Kemampuan sedang
Batas bawah < M – SDi dikategorikan Kemampuan rendah
Adapun pedoman nilai konversi adalah sebagai berikut:
No.
|
Nilai konversi
|
Kategori
|
1.
2.
3.
|
Batas atas ≥ 66,67
66,67 > Batas bawah ≥ 33,33
Batas bawah < 33,33
|
Kemampuan tinggi
Kemampuan sedang
Kemampuan rendah
|
2) Kemampuan Kelompok
- IPK = x 100%
Keterangan:
IPK = Indeks Prestasi Kelompok
∑fx = total skor
N = jumlah siswa
- Pedoman kreteria kemampuan kelompok
Sangat tinggi = ≥85% – 100%
Tinggi = ≥70% – < 85%
Normal = ≥55% – < 70%
Rendah = ≥30% – < 55%
Sangat rendah = ≥0% – < 30%
( Nurkancana dan Sumartana, 1986: 111)
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Pembelajaran Menulis Tanpa Metode
Pada pembelajaran menulis tanpa metode ini akan berindikasi pada suasana belajar siswa dengan cara belajar sendiri tanpa bantuan dan bimbingan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran menulis tanpa metode ini akan dilaksanakan dengan tiga siklus, maka dari tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut :
- Siklus I
Pada siklus I dilakukan tiga tahap adalah sebagai berikut:
- a. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan data sebagai bahan untuk di teliti sehingga data yang hasilkan nanti akan tersistematis. Karena pembelajaran ini dalam pelaksanaan nanti akan secara sederhana, karena tidak menggunakan patokan yang mampu untuk membantu pembelajaran tersebut secara lebih baik.
Data yang akan diambil adalah adalah hasil observasi guru dalam kelas dan data lembaran dari hasil kerja siswa kelas V SDN Lelong Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dengan jun\mlah siswa 40 orang.
Untuk mengetahui data tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode dapat di analisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Sebelumnya akan di analisis data kualitatif untuk mengetahui jumlah siswa yang mengetahui ketuntasan siswa dan tidak tuntas siswa. Setelah itu dapat dilakukan analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat kemampuan seluruh siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode pada kelas V SDN Lelong Praya Tengah Lombok Tengah tahun 2009-2010.
- b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru menyampaikan maksud dan tujuan apa yang harus dilakukan untuk siswa sehingga proses pelaksanaan berjalan dengan baik dan juga hasilnya memuaskan serta guru akan mengcermati, mengawasi secara obyektif kegiatan siswa dalam kelas. Data akan diklsifikasikan secara sistematis dalam kelompok atau golongan menurut standar yang ditetapkan. Maka data tersebut yaitu jumlah siswa yang mendapat nilai rendah dan jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dengan nilai skor soal adalah 20, nilai standar minimal 60, maksimal 95 serta nilai rata-rata di bagi jumlah siswa tertinggi nilai dengan jumlah siswa.
Dari data tersebut kemudian di analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode, karena untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran dalam segi apapun sehingga mungkin dengan adanya pembelajaran tanpa metode akan dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Untuk dapat membedakan tingkat kemampuan siswa maka analisis ini dengan menggunakan siklus.
- c. Evaluasi
Sesuai dengan hasil observasi, maka untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa tanpa metode akan di analisis dengan siklus I. Adapun hasil data sesuai dengan hasil kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Data skor siswa tingkat kemampuan menulis tanpa metode.
No.
|
Nama Siswa
|
Skor Soal
|
Nilai
|
Kriteria
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
1
|
Abdul Gafur
|
15
|
15
|
15
|
18
|
15
|
78
|
Tinggi
|
2
|
Abdul Hamid
|
15
|
10
|
10
|
15
|
15
|
65
|
Sedang
|
3
|
Abdullah
|
15
|
18
|
18
|
15
|
18
|
84
|
Tinggi
|
4
|
Adisan
|
12
|
20
|
20
|
12
|
20
|
84
|
Tinggi
|
5
|
Adriansyah
|
15
|
15
|
10
|
8
|
15
|
63
|
Sedang
|
6
|
Agus Setiawan
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
7
|
Ahmad Dahlan
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
8
|
Aminah
|
18
|
18
|
15
|
18
|
15
|
84
|
Tinggi
|
9
|
Aya Mkyalah
|
10
|
10
|
12
|
20
|
10
|
62
|
Sedang
|
10
|
Chairatunnisah
|
20
|
15
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
11
|
Desi Ratnasari
|
10
|
15
|
10
|
15
|
20
|
70
|
Tinggi
|
12
|
Eka Ernawati
|
10
|
5
|
5
|
8
|
5
|
33
|
Rendah
|
13
|
Ernah
|
12
|
18
|
15
|
18
|
15
|
78
|
Tinggi
|
14
|
Fadilah Suci R.
|
15
|
20
|
12
|
20
|
12
|
79
|
Tinggi
|
15
|
Halimah
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
16
|
Hamdun
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
17
|
Hasnin
|
18
|
15
|
15
|
20
|
15
|
83
|
Tinggi
|
18
|
Ilyas
|
15
|
12
|
15
|
18
|
15
|
75
|
Tinggi
|
19
|
Imran
|
15
|
10
|
10
|
15
|
5
|
55
|
Sedang
|
20
|
Kartini Mansyur
|
15
|
20
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
21
|
Lastri
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
22
|
M. Ali Sabid
|
18
|
15
|
18
|
20
|
15
|
86
|
Tinggi
|
23
|
M. Nuwarangga
|
20
|
12
|
20
|
18
|
15
|
85
|
Tinggi
|
24
|
M Saleh
|
15
|
10
|
15
|
10
|
10
|
60
|
Sedang
|
25
|
Magfirah
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
26
|
Meilisa
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
27
|
Muhammad
|
20
|
15
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
28
|
Muh Nazer
|
5
|
5
|
15
|
8
|
8
|
41
|
Sedang
|
29
|
Mustafa
|
20
|
12
|
18
|
20
|
12
|
82
|
Tinggi
|
30
|
Mustiana
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
31
|
Nina Suryani
|
15
|
15
|
15
|
20
|
20
|
85
|
Tinggi
|
32
|
Nurmala
|
5
|
5
|
10
|
10
|
10
|
40
|
Sedang
|
33
|
Rahmah
|
20
|
20
|
15
|
18
|
15
|
88
|
Tinggi
|
34
|
Samrah
|
20
|
20
|
12
|
15
|
15
|
82
|
Tinggi
|
35
|
Siti Nurfitrianah
|
15
|
15
|
15
|
20
|
15
|
80
|
Tinggi
|
36
|
Sunardin
|
5
|
10
|
5
|
5
|
5
|
30
|
Rendah
|
37
|
Syahrandi
|
15
|
10
|
15
|
10
|
10
|
60
|
Sedang
|
38
|
Taslim
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
39
|
Umrah
|
10
|
10
|
10
|
20
|
10
|
60
|
Sedang
|
40
|
Wisma
|
10
|
5
|
15
|
10
|
15
|
55
|
Sedang
|
Jumlah
|
593
|
570
|
585
|
614
|
575
|
2937
|
|
Nilai Rata-rata
|
14.83
|
14.25
|
14.63
|
15.35
|
14.38
|
73.43
|
|
Dari hasil evaluasi tabel diatas maka tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode dapat diketahui dengan kriteria ketuntasan individu ≥70 maka persentase kemampuan kelompok mencapai 70,00% dengan 28 orang yang tuntas dan 12 orang belum tuntas berdasarkan pada persentase ketuntasan belum mencapai ≥85% sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I ada beberapa hal yang harus diperbaiki sesuai dengan proses pelaksanaan pembelajaran. Kemudian kemampuan indeks komulatifnya dengan nilai rata-rata adalah 73.43. Jadi belum mencapai kemampuan standar, sehingga pembelajaran menulis tanpa metode perlu di rubah untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan.
4.2 Pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru
Pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru akan aspek-aspek bahasa yang lain mendengarkan, berbicara, dan membaca tidak boleh terabaikan. Keempat aspek bahasa tersebut diupayakan mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bervariasi dan tidak membosankan.
Pembelajaran ini berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dengan indikasi bahwa tanpa bimbingan guru siswa dapat meningkatkan kognitifnya dengan belajar sendiri dan sungguh-sungguh tanpa bantuan dan bimbingan guru ataupun orang lain. Oleh karena itu untuk mengetahui kamampuan pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru akan dilaksanakan dengan siklus II sebagai berikut :
- Siklus II
Pada siklus II dilakukan tiga tahap adalah sebagai berikut:
- a. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan data sebagai bahan untuk di teliti sehingga data yang hasilkan nanti akan tersistematis. Karena pembelajaran ini menggunakan metode survey tanpa bimbingan guru maka dalam pelaksanaan nanti akan secara obyektif, karena menggunakan penedekatan maka siswa harus menguasai pembelajaran sepereti mampu untuk membantu pembelajaran tersebut secara lebih baik.
Data yang akan diambil adalah adalah hasil observasi guru dalam kelas dan data lembaran dari hasil kerja siswa kelas V SDN Lelong Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dengan jun\mlah siswa 40 orang.
Untuk mengetahui data tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode dapat di analisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Sebelumnya akan di analisis data kualitatif untuk mengetahui jumlah siswa yang mengetahui ketuntasan siswa dan tidak tuntas siswa. Setelah itu dapat dilakukan analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat kemampuan seluruh siswa dalam pembelajaran menulis tanpa metode pada kelas V SDN Lelong Praya Tengah Lombok Tengah tahun 2009-2010.
- b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru menyampaikan maksud dan tujuan apa yang harus dilakukan untuk siswa sehingga proses pelaksanaan berjalan dengan baik dan juga hasilnya memuaskan serta guru akan mengcermati, mengawasi secara obyektif kegiatan siswa dalam kelas. Data akan diklsifikasikan secara sistematis dalam kelompok atau golongan menurut standar yang ditetapkan. Maka data tersebut yaitu jumlah siswa yang mendapat nilai rendah dan jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dengan nilai skor soal adalah 20, nilai standar minimal 60, maksimal 95 serta nilai rata-rata di bagi jumlah siswa tertinggi nilai dengan jumlah siswa.
Dari data tersebut kemudian di analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru, maka untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran tersebut maka akan di analisis dengan menggunakan siklus II.
- c. Evaluasi
Sesuai dengan hasil observasi, maka untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa menggunakan metode survey tanpa bimbingan akan di analisis dengan siklus II. Adapun hasil data sesuai dengan hasil kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis menggunakan metode survey tanpa bimbingan guru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Data skor siswa tingkat kemampuan menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru.
No.
|
Nama Siswa
|
Skor Soal
|
Nilai
|
Kriteria
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
1
|
Abdul Gafur
|
15
|
15
|
15
|
18
|
15
|
78
|
Tinggi
|
2
|
Abdul Hamid
|
20
|
10
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
3
|
Abdullah
|
15
|
18
|
18
|
15
|
18
|
84
|
Tinggi
|
4
|
Adisan
|
12
|
20
|
20
|
12
|
20
|
84
|
Tinggi
|
5
|
Adriansyah
|
15
|
15
|
10
|
8
|
15
|
63
|
Sedang
|
6
|
Agus Setiawan
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
7
|
Ahmad Dahlan
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
8
|
Aminah
|
18
|
18
|
15
|
18
|
15
|
84
|
Tinggi
|
9
|
Aya Mkyalah
|
10
|
10
|
12
|
20
|
10
|
62
|
Sedang
|
10
|
Chairatunnisah
|
20
|
15
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
11
|
Desi Ratnasari
|
10
|
15
|
10
|
15
|
20
|
70
|
Tinggi
|
12
|
Eka Ernawati
|
10
|
10
|
5
|
8
|
10
|
43
|
Sedang
|
13
|
Ernah
|
12
|
18
|
15
|
18
|
15
|
78
|
Tinggi
|
14
|
Fadilah Suci R
|
15
|
20
|
12
|
20
|
12
|
79
|
Tinggi
|
15
|
Halimah
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
16
|
Hamdun
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
17
|
Hasnin
|
18
|
15
|
15
|
20
|
15
|
83
|
Tinggi
|
18
|
Ilyas
|
15
|
12
|
15
|
18
|
15
|
75
|
Tinggi
|
19
|
Imran
|
15
|
10
|
10
|
15
|
5
|
55
|
Sedang
|
20
|
Kartini Mansyur
|
15
|
20
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
21
|
Lastri
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
22
|
M. Ali Sabid
|
18
|
15
|
18
|
20
|
15
|
86
|
Tinggi
|
23
|
M. Nuwarangga
|
20
|
12
|
20
|
18
|
15
|
85
|
Tinggi
|
24
|
M Saleh
|
20
|
10
|
15
|
10
|
10
|
65
|
Sedang
|
25
|
Magfirah
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
26
|
Meilisa
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
27
|
Muhammad
|
20
|
15
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
28
|
Muh Nazer
|
10
|
5
|
10
|
10
|
8
|
43
|
Sedang
|
29
|
Mustafa
|
20
|
12
|
18
|
20
|
12
|
82
|
Tinggi
|
30
|
Mustiana
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
31
|
Nina Suryani
|
15
|
15
|
15
|
20
|
20
|
85
|
Tinggi
|
32
|
Nurmala
|
5
|
5
|
10
|
10
|
10
|
40
|
Sedang
|
33
|
Rahmah
|
20
|
20
|
15
|
18
|
15
|
88
|
Tinggi
|
34
|
Samrah
|
20
|
20
|
12
|
15
|
15
|
82
|
Tinggi
|
35
|
Siti Nurfitrianah
|
15
|
15
|
15
|
20
|
15
|
80
|
Tinggi
|
36
|
Sunardin
|
10
|
10
|
5
|
10
|
5
|
40
|
Sedang
|
37
|
Syahrandi
|
15
|
10
|
15
|
10
|
15
|
60
|
Sedang
|
38
|
Taslim
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
39
|
Umrah
|
10
|
10
|
10
|
20
|
10
|
60
|
Sedang
|
40
|
Wisma
|
10
|
10
|
15
|
10
|
15
|
60
|
Sedang
|
Jumlah
|
611
|
580
|
590
|
616
|
580
|
2977
|
|
Nilai Rata-rata
|
15.28
|
14.50
|
14.75
|
15.40
|
14.50
|
74.43
|
|
Dari tindakan siklus II ternyata target yang ditetapkan oleh kurikulum belum tercapai dengan kriteria kutuntasan individu ≥70 maka persentase kemampuan kelompok mencapai 77,50% dengan 31 orang yang tuntas dan 9 orang belum tuntas berdasarkan pada persentase ketuntasan belum mencapai ≥85% sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II ada beberapa hal yang harus diperbaiki sesuai dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang telah di tentukan yang lebih intensif lagi. Kemudian kemampuan indeks komulatifnya dengan nilai rata-rata adalah 74.43. Jadi belum mencapai tingkat kemampuan standar, sehingga pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru perlu di rekonstruksi untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan.
4.3 Pembelajaran menulis dengan metode survey dengan bimbingan intensif
Sesuai dengan pembelajaran menulis dengan metode survey bimbingan intensif sangat berpengaruh sekali pada tingkat kemampuan hal itu dengan diketahui anggapan bahwa adanya bimbingan intensif sangat mampu meningkatkan kemampuan siswa itu sendiri serta dapat memotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Bimbingan merupakan tindakan secara langsung, aktif, jelas, sistematis serta obyektif. Oleh karena itu pembelajaran menulis dengan metode survey bimbingan intensif juga menilai, mengontrol dan mengawasi semua bidang dalam proses pembelajaran mulai dari psikologis dan tingkah laku anak didik, sehingga dalam pelaksanaannya dengan siklus III, maka dari tiap-tiap siklus tersebut adalah sebagai berikut :
- Siklus III
Pada siklus III dilakukan tiga tahap adalah sebagai berikut:
- a. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan data sebagai bahan untuk di teliti sehingga data yang hasilkan nanti akan tersistematis. Karena pembelajaran ini menggunakan metode survey bimbingan intensif maka dalam pelaksanaan nanti akan secara obyektif, karena menggunakan penedekatan maka siswa harus menguasai pembelajaran sepereti mampu untuk membantu pembelajaran tersebut secara lebih baik.
Data yang akan diambil adalah adalah hasil observasi guru dalam kelas dan data lembaran dari hasil kerja siswa kelas V SDN Lelong Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dengan jun\mlah siswa 40 orang.
Untuk mengetahui data tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis menggunakan metode dapat di analisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Sebelumnya akan di analisis data kualitatif untuk mengetahui jumlah siswa yang mengetahui ketuntasan siswa dan tidak tuntas siswa. Setelah itu dapat dilakukan analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat kemampuan seluruh siswa dalam pembelajaran menulis menggunakan metode survey dengan bimbingan intensif pada kelas V SDN Lelong Praya Tengah Lombok Tengah tahun 2009-2010.
- b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru menyampaikan maksud dan tujuan apa yang harus dilakukan untuk siswa sehingga proses pelaksanaan berjalan dengan baik dan juga hasilnya memuaskan serta guru akan mengcermati, mengawasi secara obyektif kegiatan siswa dalam kelas. Data akan diklsifikasikan secara sistematis dalam kelompok atau golongan menurut standar yang ditetapkan. Maka data tersebut yaitu jumlah siswa yang mendapat nilai rendah dan jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dengan nilai skor soal adalah 20, nilai standar minimal 60, maksimal 95 serta nilai rata-rata di bagi jumlah siswa tertinggi nilai dengan jumlah siswa.
Dari data tersebut kemudian di analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis dengan metode survey tanpa bimbingan guru, maka untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran tersebut maka akan di analisis dengan menggunakan siklus II.
- c. Evaluasi
Sesuai dengan hasil observasi, maka untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa menggunakan metode survey bimbingan intensif akan di analisis dengan siklus II. Adapun hasil data sesuai dengan hasil kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis menggunakan metode survey tanpa bimbingan guru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:Tabel 3. Data skor siswa tingkat kemampuan menulis dengan metode survey dengan bimbingan intensif.
No.
|
Nama Siswa
|
Skor Soal
|
Skor
|
Kriteria
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
1
|
Abdul Gafur
|
20
|
15
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
2
|
Abdul Hamid
|
15
|
20
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
3
|
Abdullah
|
15
|
18
|
18
|
15
|
18
|
84
|
Tinggi
|
4
|
Adisan
|
12
|
20
|
20
|
15
|
20
|
87
|
Tinggi
|
5
|
Adriansyah
|
15
|
15
|
10
|
15
|
15
|
70
|
Tinggi
|
6
|
Agus Setiawan
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
7
|
Ahmad Dahlan
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
8
|
Aminah
|
18
|
18
|
15
|
18
|
15
|
84
|
Tinggi
|
9
|
Aya Mkyalah
|
20
|
10
|
15
|
20
|
10
|
75
|
Tinggi
|
10
|
Chairatunnisah
|
20
|
15
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
11
|
Desi Ratnasari
|
15
|
15
|
20
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
12
|
Eka Ernawati
|
20
|
10
|
15
|
10
|
20
|
75
|
Tinggi
|
13
|
Ernah
|
20
|
18
|
15
|
18
|
15
|
86
|
Tinggi
|
14
|
Fadilah Suci R
|
15
|
20
|
12
|
20
|
12
|
79
|
Tinggi
|
15
|
Halimah
|
15
|
20
|
15
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
16
|
Hamdun
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
17
|
Hasnin
|
18
|
15
|
15
|
20
|
15
|
83
|
Tinggi
|
18
|
Ilyas
|
20
|
12
|
15
|
18
|
15
|
80
|
Tinggi
|
19
|
Imran
|
15
|
10
|
10
|
15
|
15
|
65
|
Sedang
|
20
|
Kartini Mansyur
|
15
|
20
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
21
|
Lastri
|
20
|
15
|
20
|
15
|
20
|
90
|
Tinggi
|
22
|
M. Ali Sabid
|
18
|
15
|
18
|
20
|
15
|
86
|
Tinggi
|
23
|
M. Nuwarangga
|
20
|
12
|
20
|
18
|
15
|
85
|
Tinggi
|
24
|
M Saleh
|
15
|
10
|
15
|
10
|
10
|
60
|
Sedang
|
25
|
Magfirah
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
26
|
Meilisa
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
27
|
Muhammad
|
20
|
15
|
15
|
20
|
15
|
85
|
Tinggi
|
28
|
Muh. Nazer
|
10
|
15
|
15
|
10
|
15
|
65
|
Sedang
|
29
|
Mustafa
|
20
|
12
|
18
|
20
|
12
|
82
|
Tinggi
|
30
|
Mustiana
|
15
|
15
|
20
|
15
|
15
|
80
|
Tinggi
|
31
|
Nina Suryani
|
15
|
15
|
15
|
20
|
20
|
85
|
Tinggi
|
32
|
Nurmala
|
20
|
15
|
20
|
20
|
15
|
90
|
Tinggi
|
33
|
Rahmah
|
20
|
20
|
15
|
18
|
15
|
88
|
Tinggi
|
34
|
Samrah
|
20
|
20
|
12
|
15
|
15
|
82
|
Tinggi
|
35
|
Siti Nurfitrianah
|
15
|
15
|
15
|
20
|
15
|
80
|
Tinggi
|
36
|
Sunardin
|
18
|
10
|
10
|
15
|
20
|
73
|
Tinggi
|
37
|
Syahrandi
|
15
|
20
|
15
|
10
|
10
|
70
|
Tinggi
|
38
|
Taslim
|
15
|
20
|
15
|
15
|
20
|
85
|
Tinggi
|
39
|
Umrah
|
10
|
10
|
20
|
20
|
10
|
70
|
Tinggi
|
40
|
Wisma
|
10
|
10
|
15
|
10
|
15
|
60
|
Sedang
|
Jumlah
|
669
|
620
|
643
|
650
|
632
|
3214
|
|
Nilai Rata-rata
|
16.73
|
15.50
|
16.08
|
16.25
|
15.80
|
80.35
|
|
Dari tindakan siklus III ternyata target yang ditetapkan oleh kurikulum sudah tercapai dengan kriteria ketuntasan individu ≥85 maka persentase kemampuan kelompok mencapai 90.00% dengan nilai rata-rata 3214, dengan 32 orang yang tuntas dan 8 orang belum tuntas berdasarkan pada persentase ketuntasan mencapai ≥85% sehingga dengan demikian, maka pada siklus berikutnya dapat dihentikan karena telah diperoleh informasi-informasi yang cukup untuk mengambil beberapa keputusan sehubungan dengan target penelitian ini. Kemudian kemampuan indeks komulatifnya dengan nilai rata-rata siswa adalah 80.35. Walaupun demikian adanya namun masih ada beberapa siswa yang masih dibawah target, maka perlu mendapat perhatian dan penanggulangan khusus dari guru bidang studi yang bersangkutan.
4.4 Analisis Kemampuan Siswa
Metode analisis data yang diapakai untuk menganalisis kemampuan pemebelajaran menulis dengan mengunakan metode survey dalam bahasa indonesia dengan menggunakan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu denga cara menentukan Skor Maksimal Ideal, MeanIdeal dan Standar Deviasi. Asdapun ketentuan yang akan dipakai adalah
- Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMi)
- Menentukan Mean Ideal (Mi)
Mi = ½ x SMi
- Menentukan Standar Deviasi Ideal (SDi)
SDi = 1/3 x Mi
- Sebagai upaya untuk menggolongkan taraf kemampuan siswa pembelajaran menulis dengan metode survey dalam wacana bahasa indonesia, penulis memakai rumus sebagai berikut:
(1) Taraf kemampuan tinggi di atas M + 1 SD
(2) Taraf kemampuan sedang adalah di antara ≥ M + 1 SD
(3) Taraf kemampuan rendah adalah di bawah < M – 1 SD
Berdasarkan ketentuan di atas, berikut ini penulis sajikan analisis data kemampuan siswa pembelajaran menulis dengan metode survey dalam wacana bahasa indonesia :
a) SMi = 100
b) Rata-rata Ideal = ½ x SMi
= ½ x 100
= 50
c) Standar Deviasi Ideal (SDI)
(Sdi) = 1/3 x Mi
= 1/3 x 50
= 16,67
Untuk menentuakan kemampuan individu dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:
a) Siswa mempunyai taraf kemampuan tinggi adalah mereka yang nilai di atas 50 + 16,67 = 66,67
b) Siswa yang mempunyai taraf kemampuan sedang, adalah mereka yang memperoleh nilai diantara
- 50 + 16,67 = 66,67
- 50 – 16,67 = 33,33
c) Siswa yang mempunyai taraf kemampuan rendah adalah mereka yang memperoleh nilai di bawah 50 – 16,67 = 33,33
Berawal dari uraian di atas berikut penulis sajikan tabel yang memuat taraf kemampuan dalam pembelajaran menulis dengan metode survey :
Tabel 5. Taraf Kemampuan Pembelajaran Menulis dengan Metode Survey Pada Kelas V SDN Praya Tengah Lombok Tengah
No
|
Siklus
|
Taraf Kemampuan
|
Frekuensi
|
Prosentae
|
1.
2.
3.
|
I
II
III
|
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
|
60
50
<50
75
60
30
85
65
–
|
70%
50%
33%
75%
60%
30%
80%
65%
–
|
Berdasarkan tabel di atas, bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dalam pembelajaran menulis tanpa metode survey menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 73,43 dimana 28 orang tuntas dan 12 orang belum tuntas sehingga persentase kemampuan kelompok sebesar 70,00%, berarti prestasi belajar siswa belum tuntas. Pada kriteria kemampuan individu bahwa 28 orang dinyatakan kemampuan tinggi dan 10 orang dinyatakan kemampuan sedang serta 2 orang dinyatakan kemampuan rendah sehingga pada kriteria kemapuan kelompok dinyatakan berkemampuan tinggi. Dari hasil kemampuan menulis siswa tersebut yang belum mencapai ketuntasan sesuai dengan kurikulum disebab berbagai macam kekurang-kekurang yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu dilakukan perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II maka perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Komunikasi dua arah antara guru dan siswa masih kurang.
- Komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelas nampak kurang. Demikian siswa yang berkemampuan rendah, enggan bertanya pada temannya yang berkemampuan tinggi.
- Guru kurang membimbing siswa dalam diskusi.
- Guru kurang mengatur alokasi waktu, sehingga waktu untuk pengerjaan latihan mengarang yang tidak cukup.
- Guru kurang memotivasi siswa dalam membangkitkan minat pada awal pelajaran
Untuk taraf kemampuan pada siklus II dalam pembelajaran dengan menggunakan metode survey tanpa bimbingan guru dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 74,43 dimana 31 orang tuntas dan 9 orang belum tuntas sehingga persentase kemampuan kelompok sebesar 77,50% ini berarti prestasi belajar siswa belum tuntas. Pada kriteria kemampuan individu bahwa 29 orang dinyatakan kemampuan tinggi dan 11 orang dinyatakan kemampuan sedang sehingga pada kriteria kemapuan kelompok dinyatakan berkemampuan tinggi. Dari hasil kemampuan menulis siswa tersebut yang belum mencapai ketuntasan sesuai dengan kurikulum disebab berbagai macam kekurang-kekurang yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu dilakukan perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan pada siklus III maka perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Komunikasi dua arah antara guru dan siswa masih kurang.
- Komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelas nampak kurang. Demikian siswa yang berkemampuan rendah, enggan bertanya pada temannya yang berkemampuan tinggi.
Untuk taraf kemampuan pada siklus III Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 80,35 dimana 34 orang tuntas dan 6 orang belum tuntas sehingga persentase kemampuan kelompok sebesar 90,00% ini berarti prestasi belajar siswa tuntas. Pada kriteria kemampuan individu bahwa 34 orang dinyatakan kemampuan tinggi dan 6 orang dinyatakan kemampuan sedang sehingga pada kriteria kemapuan kelompok dinyatakan berkemampuan sangat tinggi. Untuk itu pada siklus berikutnya tidak dilanjutkan lagi.
Dalam proses pembelajaran dapat dilibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan aktifitas serta hasil belajar siswa karena dalam proses pembelajaran siswa dapat saling membantu memahami pembelajaran dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan mencapai tujuan belajar bersama. Siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa dari pada belajar pada guru. Suasana belajar juga mampu menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.
(4) Indeks Prestasi Kelompok (IPK) menggunakan Rumus
IPK = x 100%
Dengan menggunakan rumus IPK diatas, atas diketahui Indeks Prestasi Kelompok (IPK) siswa kelas V SDN Lelong Praya Tengah Lombok Tengah 2008-2009 dalam menentukan ketuntasan klasikalnya terdapat pada siklus III yakni dengan berikut:
IPK = x 100% = 80,75
Jika dikonversikan dengan pedoman Indeks Prestasi Kelompok (IPK), maka IPK di atas golongan pada kelompok prestasi tinggi karena angka tersebut berada di antara 80 – 100. Berikut ini adalah kriteria sebagai pedoman dalam menentukan Indeks Prestasi Kelompok (IPK):
Sangat tinggi = ≥85% – 100%
Tinggi = ≥70% – < 85%
Normal = ≥55% – < 70%
Rendah = ≥30% – < 55%
Sangat rendah = ≥0% – < 30%
( Nurkancana dan Sumartana, 1986: 111)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data dan pembahasan ada beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa metode survey dapat meningkatkan kemampuan menulis pada siswa kelas V SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
- IPK (Indeks prestasi kelompok) yang dicapai siswa kelas V Lelong Belek Praya Tengah Lombok Tengah dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan metode survey dengan bimbingan intensif 80,75% dan tergolong dalam prestasi tinggi.
- Siswa memp[unyai taraf kemampuan tinggi berjumlah 34 siswa atau 85%, siswa yang taraf kemampuan sedang sebanyak 6 siswa atau 15% dan yang memiliki taraf rendah tidak ada.
5.2 Saran
Berpedoman pada hasil yang dicapai dalam penelitian ini maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah :
- Diharapkan kepada guru matematika di SDN 2 Lelong Kecamatan Praya Tengah untuk menerapkan pembelajaran metode survei serta mengoptimalkan penggunaannya.
- Kepada guru siswa SD disekolah lain, diharapkan mengoptimalkan pembelajaran metode sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran.
- Bagi mahasiswa yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan mencoba menerapkan pada pokok bahasan yang lain dan lebih sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT. Bina Aksara.
Suryadi .1983. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung : Bina Cipta.
Tabrani Rusyam. 1993. Proses belajar mengajar yang efektif. Bandung : Bina Budaya.
G. Lunandi. 1989. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : PT. Gramedia.
BPKB Jayagiri. 1991. Metode-metode pembelajaran pendidikan luar sekolah. BPKB Jayagiri Bandung : Bandung.
Depdiknas. 2004. Acuan pembelajaran kesetaraan (A/B/C). Jakarta : Direktorat Dikmas Ditjen PLSP.
Depdiknas. 2006. Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan Anak Bangsa. Direktorat. Jakarta : Direktorat Pendidikan Kesetaraan.
D. Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung : Fallah Production.
D. Sudjana. 2005. Metode dan Metode Pembelajaran partisipatif. Bandung : Fallah Production.
Depdikbud. 1995. Materi Pengajaran Baca dan Tulis Sekolah Dasar. Narmada : Depdikbud.
———–. 1995. Pengajaran Membaca. Menulis Permulaan MMP. Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Proyek Peningkatan Mutu Baca Tulis Hitung SD.
Hadi Sutrisno. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan penerbitan UGM.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores : Penerbit Kanisius.
Muchlisoh. 1993. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka.
Nazir, Muh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.
Nuraeni, Euis. 1993. Kemampuan Dasar Menulis. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka Depdikbud.
Nurkancana dan Sumartana. 1983. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Usaha Nasional.
Poerwadarminta, WJS. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Saleh, Muhammad. 2002. Penerapan Teknik Terka Situasi Dalam Mengoptimalkan Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar. Makalah Seminar (tidak diterbitkan) dalam Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kabupaten Lombok Barat, BPG Mataram 26 Juni 2002.
Surana. 1992. Belajar Membaca dan menulis Permulaan. Solo : PT. Tiga Serangkai.
Tarigan, Djago. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Rendah. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Ishak, Abdulhak. 1995. Metodelogi Pembelajaran Pada POD. Bandung : Cipta Intelektual.
M. D. Dahlan. 1984. Model-model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro.
Maman Suherman. 1992. Prinsip Belajar Orang Dewasa. BPKB Jayagiri Bandung (tidak diterbitkan).